Setiap manusia pasti pernah merasa tersinggung saat mendengar nasihat. Apalagi jika nasihat itu menyentuh sisi kesalahan atau kelemahan diri yang sedang kita abaikan. Namun seperti obat luka yang terasa perih saat dioleskan, nasihat sejati hadir untuk menyembuhkan, bukan melukai.
Karena nasihat menyentuh ego. Ia membongkar kepalsuan kenyamanan yang kita bangun sendiri. Terkadang kita lebih suka dipuji daripada ditegur, meski pujian tak membuat kita berubah. Sementara nasihat, walau pahit, justru bisa menyadarkan dan memperbaiki jalan hidup kita.
“Teguran yang keras dari orang bijak lebih baik daripada pujian yang manis dari orang bodoh.” – Pepatah Lama
Nasihat yang datang dari orang tua, sahabat, guru, atau siapa pun yang peduli, sering kali merupakan cermin yang memantulkan apa yang tidak kita sadari. Ia mengajak kita untuk melihat diri secara jujur, bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk membangkitkan.
Jangan tolak nasihat hanya karena terasa menyakitkan. Kadang, yang menyakitkan adalah yang kita butuhkan. Dalam dunia yang penuh basa-basi, nasihat jujur adalah harta. Terima dengan lapang dada, dan lihat bagaimana hidupmu mulai berubah.
Karena orang yang benar-benar mencintaimu adalah mereka yang berani berkata tidak enak demi kebaikanmu.
Baca Juga: Kehidupan Itu Selalu Menyodorkan Dua Tujuan kepada Kita, Yaitu Tumbuh atau Layu
0 Komentar